POSTING PERTAMA SAYA ADALAH CERPEN (CERITA PENDEK) KALAU MAU MENGCOPY HUBUNGI SAYA DULU, KE FACEBOOK : ABDULLAH UMAR ATAU KE EMAIL SAYA : FARUQGUBENG@GMAIL.COM.
Kasih Sayang Alma
Minggu
pagi ini, Alma sekeluarga lari pagi. Mereka berlari mengelilingi taman dekat
rumah mereka. Sewaktu Alma sedang berlari, Alma melihat seorang Kakek-Kakek.
Badannya kurus, pakaiannya compang-camping, tidak beralas kaki, terlihat kasihan
sekali Kakek itu. Alma juga melihat Kakek itu sedang memandang sesuatu, tapi
apa?
Kakek
itu terus saja memandang sesuatu. Kemudian Alma melihat ke mata Si Kakek,
ternyata Si Kakek sedang memandang sekotak susu yang ada di sebuah toko. Ketika
Alma memperhatikan Si Kakek, tiba-tiba Si Kakek melihat ke arah Alma
sekeluarga. Si Kakek itu melihat Alma dengan penuh perasaan yang dalam. Si Kakek
berharap dalam hati.
“Seandainya
aku tidak miskin seperti ini, pasti aku bisa membelikan cucu-cucuku susu. Tapi
tidak apa-apa. Suatu saat nanti pasti aku bisa membelikan cucu-cucuku susu.”,
pikir Si Kakek. Alma terus melihat mata Si Kakek. Tiba-tiba mata Si Kakek
keluar air mata. Kelihatannya Si Kakek menyesal, karena tidak bisa membelikan
cucu-cucunya susu.
Alma
yang melihat Si Kakek merasa kasihan. Kemudian Alma berbicara kepada Mamanya.
“Ma, kasihan Si Kakek itu.”, ucap Alma dengan menunjuk ke arah Si Kakek. “Iya.
Melihat Si Kakek, Mama menjadi kasihan.”, jawab Mama. Sewaktu Alma dan Mamanya
berbicara, ternyata Si Kakek Sudah Pergi. Sewaktu Alma dan Mamanya selesai
berbicara, Alma melihat ke sana kemari, tetapi tidak ada Si Kakek.
“Ma.
Si Kakek kemana?”, tanya Alma. “Mama juga tidak Tahu.”, jawab Mama. “Kalau begitu
kita cari Si Kakek yuk, Ma.”, ajak Alma. “Ngawur, kamu. Si Kakek sudah pergi
jauh. Mana bisa kita susul.”, ucap Mama. “Terus gimana, dong, Ma?”, tanya Alma.
“Memangnya kamu ingin bertemu kakek itu lagi ya?”, Mama balik bertanya. “Iya,
Ma.”, jawab Alma.
“Sudah.
Mendingan kita cari makan saja. Daripada cari Si Kakek, mendingan makan. Besok
pasti Si Kakek muncul lagi.”, ucap Papa. “Ih, Papa. Tahunya cuma makan saja.”,
ucap Alma. “Biarin. Masalah buat kamu?”, goda Papa. “Iya!”, ucap Alma dengan
sedikit jengkel. “Sudah. Yang dikatakan Papa itu ada benarnya juga, Alma. Besok
pasti Si Kakek itu muncul lagi.”, ucap Mama.
“Ya
sudah. Alma nurut sama Mama dan Papa.”, ucap Alma. “Gitu dong.”, ucap Papa.
“Ayo, kita cari makan!”, ucap Mama. “Ayo!”, ucap Alma. “Eh, ada siomay.”, ucap
Mama. Kemudian mereka bertiga langsung duduk di warung orang jualan siomay.
Keesokan
paginya, Alma menunggu Si Kakek di Taman. Ternyata benar, Si Kakek itu muncul
lagi. Alma segera mengambil sekotak susu cokelat miliknya. Alma segera
memberikan susu itu kepada Si Kakek.
“Ini,
Kek.”, ucap Alma dengan memberikan susu itu kepada Si Kakek. “Susu? Buat siapa,
dek?”, tanya Si Kakek. “Ya, buat Kakek. Masa buat orang lain.”, ucap Alma. Si Kakek
langsung menangis dan berterima kasih kepada Alma.
“Terima
kasih, dek. Meski kamu masih kecil, tapi sudah bisa berbuat baik.”, ucap Si Kakek
dengan meneteskan air mata. “Sama-sama, Kek. Kakek tidak perlu berkata seperti
itu, Ini semua karena Mama saya yang mengajarkan saya untuk berbuat baik pada
siapapun.”, Jawab Alma. Saat Alma sedang asyik berbicara dengan Si Kakek,
terdengar suara Mama memanggil Alma. “Alma!”, teriak Mama dari luar rumah.
“Iya, Ma. Sebentar.”, jawab Alma. “Kek, Alma pulang dulu, ya.”, ucap Alma.
“Iya, nak Alma.”, jawab si kakek. Alma segera berlari pulang ke rumahnya.
“Sudah
diberikan susunya, Sayang?”, tanya Mama. “Sudah, Ma. Dan kelihatannya si kakek
itu senang.”, jawab Alma. “Eh, lihat Alma!”, teriak Mama dengan Menunjuk si kakek.
“Si Kakek sudah mau pulang.”, Jawab Alma. Si Kakek pun pergi. Si Kakek pulang
ke rumah. “Ya sudah, sayang. Kita masuk, yuk.”, ajak Mama. “Ayo.”, jawab Alma.
Alma dan Mamanya masuk ke dalam rumah. Alma memeluk erat Mamanya. Mama Alma
senang sekali melihat anak tunggalnya bersemangat untuk membantu sesama
Manusia. Alma sudah lega melihat Si Kakek senang.
Keesokan
paginya, Alma menonton televisi, Mama dan Papanya sedang makan
pagi. Ketika sedang asyik melihat
berita, tiba-tiba Alma berteriak. “Mama! Papa!”, teriak Alma. Mama dan Papa
segera melihat Alma. “Ada apa, Al?”, tanya Mama bingung. Alma hanya terdiam,
kemudian ia menunjuk televisi.
“Televisi?”,
tanya Mama. Alma menggelengkan kepalanya. “Si kakek yang waktu itu, Ma.”, jawab
Alma. “Iya. Memangnya kenapa?”, tanya Mama. “Si Kakek meninggal, Ma.”, jawab
Alma. “Kamu Tau darimana?”, tanya Mama. “Dari berita, Ma. Dikabarkan di Jalan.
Mawar ada seorang kakek-kakek tertabrak mobil sehingga Si Kakek meninggal
dunia.”, jawab Alma. “Memang ciri-cirinya seperti, apa?”, tanya Mama.
“Ciri-cirinya
badannya kurus, pakaiannya compang-camping, dan membawa sekotak susu cokelat.”,
jawab Alma. Tiba-tiba Alma meneteskan air mata. “Ayo kita ke sana, Ma.”, Alma
meneteskan air mata beberapa kali. “Ayo, sayang.”, ajak Mama. Mereka segera
menuju Jalan Mawar.
Sesampainya
di Jalan Mawar, Alma segera melihat kakek-kakek yang dikabarkan meninggal dunia
itu. Dan ternyata,“Di... di.. dia bukan Si Kakek.”, ucap Alma dengan menunjuk Si
Kakek yang dia tidak kenal. “Anda siapa?”, tanya seorang anak kecil. Mata anak
kecil itu terlihat bengkak karena menangis.
“Ma....
Ma... Maaf. Saya salah orang.”, ucap Alma dengan rasa malu. Kemudian Alma
berbisik ke Mamanya. “Ma, kalau orang itu bukan Si Kakek, terus Si Kakek yang
kemarin ke mana?”, tanya Alma. “Mama tidak tahu.”, jawab Mama. “Kalian
bisik-bisik apa, sih?”, tanya Papa.
“Beri
tahu tidak, ya?”, goda Mama. “Sudah. Mendingan kita cari Si Kakek. Kita cari Si
Kakek, yuk.”, ajak Alma. “Ayo.”, ucap Mama. Mereka bertiga masuk ke dalam mobil
dan berangkat untuk mencari Si Kakek. Mereka terus mencari-cari Si Kakek.
Ketika mereka melewati sebuah rumah kecil dan Diana terlihat seorang
kakek-kakek. Setelah melihat Kakek yang ada di rumah kecil itu, Alma berteriak.
“Berhenti,
Pa!”, teriak Alma. Papa segera menghentikan mobilnya karena kaget. “Ada apa,
sayang?”, tanya Mama. “Itu Si Kakek, Ma!”, jawab Alma dengan berteriak karena
senang melihat Si Kakek baik-baik saja. “Ayo kita turun.”, ajak Papa. “Ayo.”,
ucap Mama dan Alma serempak. Mereka bertiga segera turun dari mobil. Kemudian
Alma memanggil Si Kakek itu.
“Kakek!”,
panggil Alma. “Eh, nak Alma. Dengan siapa kamu kesini?”, tanya si kakek.
“Dengan Mama dan Papa, Kek.”, jawab Alma. “Silahkan duduk.”, ucap si kakek.
Mama, Papa dan Alma segera duduk. “Mau minum apa?”, tanya si kakek. “Tidak
perlu, Kek. Nanti merepotkan.”, jawab Alma. “Tidak. Sama sekali tidak
merepotkan.”, ucap Si Kakek. “Putri! Tolong buatkan teh hangat untuk mereka,
ya!”, suruh si kakek kepada cucunya.
“Iya,
Kek.”, jawab Putri. “Ada apa nak Alma dan keluarga datang kemari?”, tanya Si Kakek.
“Soalnya waktu Alma melihat berita, ada seorang kakek-kakek meninggal dunia,
karena ditabrak oleh mobil.”, cerita Alma pada Si Kakek. “Oh, kamu kira itu Kakek,
ya?”, tanya si kakek. “Iya.”, jawab Alma. Putri memotong pembicaraan itu dengan
meletakkan empat cangkir yang berisi teh hangat itu di atas meja. “Terima
kasih, Put.”, ucap si kakek. “Sama-sama, kek.”, jawab Putri. Setelah menaruh
minuman, Putri pergi ke dapur.
“Alhamdulillah
Kakek baik-baik saja. Hati Alma sekarang jadi tenang dan lega bertemu kakek.”,
ucap Alma. “Alhamdulillah. Oh iya. Sekali lagi Kakek mau berterima kasih. Karena
kamu sudah memberikan sekotak susu kepada Kakek.”, ucap Si Kakek.
“Sama-sama,
kek.”, ucap Alma. Mama melihat ke arah jam tangannya. “Astagfirullah! Sekarang
sudah jam setengah satu siang?”, Mama kaget. “Kalau begitu, kami pamit pulang
dulu.”, ucap Papa. “Iya, Pak.”, ucap Si Kakek. Mama, Papa dan Alma segera berdiri
untuk berpamitan kepada Si Kakek. “Kek, kita pulang dulu.”, ucap Mama. “Iya.”,
ucap si kakek.
“Kek, Alma pamit pulang, ya.”, ucap
Alma. “Iya.”, ucap si kakek. Alma segera memeluk Si Kakek erat-erat sebelum
pulang. “Sudah, nak Alma. Sekarang kamu pulang dengan Mama dan Papa kamu.”,
ucap si kakek. Tiba-tiba Alma menangis.
“Loh,
kenapa nak Alma menangis?”, tanya Si Kakek. “Alma masih ingin bertemu kakek,
tapi waktunya sudah tidak cukup.”, jawab Alma dengan menanggis. “Ya sudah.
Sekarang nak Alma pulang, ya.”, ucap Si Kakek. “Iya, Kek.”, ucap Alma. Alma
keluar dari rumah Si Kakek. Kebetulan waktu Alma keluar, ada orang jualan bunga
mawar merah. “Pak, beli bunga.”, teriak Alma. “Adik mau bunga yang mana?”,
tanya Abang Penjual Bunga.
“Yang
ini. Berapa harganya?”, tanya Alma. “Untuk adik yang manis, cukup lima ribu.”,
jawab Abang Penjual Bunga. “Nih.”, ucap Alma dengan memberikan uang kepada
Abang Penjual Bunga. “Makasih, dek.”, ucap Abang Penjual Bunga. “Sama-sama.”,
jawab Alma. Alma segera memberikan bunga itu, kepada Si Kakek.
“Kek,
ini bunga untuk Kakek.”, ucap Alma dengan memberikan bunga kepada Si Kakek. “Terima
kasih, nak Alma.”, ucap Si Kakek. “Sama-sama.”, jawab Alma dengan memeluk Si
Kakek. Setelah memeluk Si Kakek, Alma melepaskan pelukkannya dan segera masuk
ke dalam mobil. Alma melambaikan tangannya kepada Si Kakek. Alma melambaikan
tangannya dengan meneteskan air mata. Si Kakek membalas lambaian tangan dari
Alma. Si Kakek juga meneteskan air mata. “Selamat tinggal, Kek. Kita mungkin
tidak bisa bertemu lagi.”, pikir Alma dalam hati. Mengingat Alma dan
Keluarganya akan pindah rumah.
NB : JANGAN KERAS MENGCOPY TULISAN INI
NB : JANGAN KERAS MENGCOPY TULISAN INI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
"Tolong jangan memberikan komentar yang menusuk di hati lalu tembus di jantung admin". "please"
by : yang punya blog ini.